Waralaba asal Jepang
yang mulai menjamur di Indonesia, 7-Eleven kini menuai banyak penggemar. Tak
hanya Slurpee yang bisa menjadi favorit, namun juga konsep 7-Eleven Indonesia
yang hanya ditemukan di Indonesia. Bahkan, menjamurnya nongkrong irit ongkos
ini juga masuk pembahasan New York Times akhir Mei lalu.
New York Times
mengangkat fenomena nongkrong murah yang menghapuskan jenjang sosial di
7-Eleven. Bahkan, si penulis Sara Schohardt menggambarkan bahwa "tak heran
bila melihat sepeda motor bersandingan dengan Mercedes Benz."
"Masyarakat masih
suka ngobrol soal kehidupan mereka, bahkan mereka juga suka bergosip,"
ujar Henri Honoris, Presiden Direktur Modern Putra, pemegang hak waralaba
7-Eleven Indonesia kepada New York Times. "Kami memberikan alternatif.
Warung dengan kualitas yang lebih baik," imbuh dia.
Dalam artikel tersebut,
Schohardt membandingkan keadaan Indonesia dengan 10 tahun yang lalu di mana
masyarakatnya masih suka mengobrol di warung. Namun, seiring dengan
bertumbuhnya ekonomi Indonesia, maka tempat nongkrong menjadi lebih canggih.
Bahkan 7-Eleven sangat digandrungi oleh anak muda umur 20-an.
Tak hanya itu, 7-Eleven
juga satu-satunya tempat nongkrong murah yang di mana kaum muda bisa menikmati
bir, hal yang selama ini sulit didapatkan di toko biasa atau tersedia namun di
tempat nongkrong yang lebih mahal.
Dengan meningkatnya
kelas menengah di Indonesia, Henri mengatakan bahwa 7-Eleven menjadi suatu
tempat nongkrong yang mewah namun terjangkau. Namun, dia mengaku perlu dua
tahun untuk mendapatkan lisensi toko mini serba ada ini dari perusahaan yang
berpusat di Dallas, amerika Serikat. Akhirnya dia berhasil membuka 20 gerai di
tahun 2009 lalu.
Modern Putra yang
dulunya adalah distributor resmi Fujifilm ini tiba-tiba melambung tinggi.
Pendapatan perusahaan itu melonjak menjadi Rp 320 miliar di tahun 2011 dan laba
sebesar Rp 57 miliar. Strategi penjualan
Modern Putra ini memang terhitung jitu. Pasalnya, 7-Eleven menjadi tempat
nongkrong anak muda hanyalah ada di Indonesia. Di negara tetangga, misalnya
Thailand, Malaysia dan Singapura, 7-Eleven hanya sebuah toko kecil serba ada
yang tak jauh beda dengan Circle K di Indonesia. Meski begitu, 7-Eleven memang
suatu terobosan besar untuk sebuah waralaba.
Fenomena inilah yang
dijadikan peluang oleh para pengusaha, akan tetapi sisi negatifnya adalah
semakin terpuruknya nasib warung-warung tradisional. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang waralaba yaitu Peraturan Menteri Perdagangan
(Permendag) Nomor: 68/M-DAG/PER/10/2012. Berisikan tentang pembatasan gerai
minimarket sebanyak 150 dan kepemilikan secara bertahap harus dilepas kepublik.
0 comments:
Post a Comment