Ilmu layaknya isian risol, beraneka ragam namun satu kenikmatan.

Sunday, October 20, 2013

Penalaran Deduktif (Silogisme & Entimen)

9:52 AM Posted by Agus Hadi Muhidin , No comments

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif:

·         Metode induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab. Contoh paragraf Induktif: Pada era persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif seperti saat ini. Seseorang yang menguasai Bahasa Inggris otomatis akan memiliki peluang yang lebih besar di dunia kerja. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris peluangnya akan semakin kecil untuk memasuki dunia kerja khususnya untuk dapat diterima sebagai karyawan. Itulah kenapa penguasaan Bahasa Inggris sangat diperlukan untuk menambah kompetensi di dunia kerja.
Contoh generalisasi:
Jika ada listrik, televisi akan hidup.
Jika ada listrik, laptop akan hidup.
Jika ada listrik, handphone akan hidup.
Jika ada listrik semua alat elektronik akan hidup.

·         Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Kepedulian kepada sesama (umum) harus ditumbuhkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu diwujudkan melalui adanya perasaan senasib sepenanggungan dengan sesama (khusus) . Jika ada tetangga atau kerabat mengalami kesulitan, maka segeralah ulurkan bantuan (khusus). Kesulitan akan terasa mudah jika ada kebersamaan antara kita. Berikan bantuan tanpa harus diminta. Jangan biarkan ada penderitaan sementara kita nyenyak dengan kebahagiaan.

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
·         Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
   Semua makhluk hidup membutuhkan air. (Premis Mayor)
   Kucing adalah hewan (premis minor).
Kucing membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
·         Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
   Semua sayuran yang berserat sehat untuk dimakan (mayor).
   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak berserat tidak sehat untuk dimakan (konklusi).
·         Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
   Sebagian anggota DPR korupsi (minor).
Sebagian anggota DPR tidak disenangi (konklusi).
·         Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
   Beberapa hakim tidak jujur (premis 1).
   Akil adalah hakim (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
·         Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
   Kambing bukan bunga mawar (premis 1).
   Tikus bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
·         Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua predator berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah predator? Mungkin saja binatang pemakan daging.
·         Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh: 
   Kucing adalah binatang.(premis 1)
   Tikus bukan kucing.(premis 2)
Tikus bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
·         Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
   Bintang itu bersinar di langit.(mayor)
   Bintang adalah pelawak.(minor)
Pelawak bersinar dilangit?
·         Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
   Kucing adalah binatang.(premis 1)
   Domba adalah binatang.(premis 2)
   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

·         Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
   Jika hujan saya naik taksi.(mayor)
   Sekarang hujan.(minor)
Saya naik taksi (konklusi).
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
   Jika gempa, tanah akan bergetar  (mayor).
    Sekarang tanah telah bergetar  (minor).
Gempa telah terjadi (konklusi)
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
   Jika pengadilan tinggi dilaksanakan dengan korupsi, maka kadilan tidak akan ada.
   Pengadilan tinggi tidak dilaksanakan dengan korupsi.
Keadilan akan ada.
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
   Bila mahasiswa turun ke jalanan, para pengguna jalan akan gelisah.
   Para pengguna jalan tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
  • Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
  • Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

·         Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
   Siti Iqlima berada di Depok atau Rangkasbitung.
   Siti Iqlima berada di Rangkasbitung.
Jadi, Siti Iqlima tidak berada di Depok.

·         Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·         Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
   Ade baik atau jahat.(premis1)
   Ternyata Ade penjahat.(premis2)
Ia tidak baik (konklusi).
·         Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
   Siti Iqlima di kamar atau di toilet.(premis1)
   Ternyata tidak di kamar.(premis2)
Siti Iqlima di toilet (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
  • Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
   Ade berbaju putih atau tidak putih.
   Ternyata Ade berbaju putih.
Ade bukan tidak berbaju putih.
  • Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
  1. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
   Siti Iqlima menjadi desen atau pegulat.
   Siti Iqlima adalah pegulat.
Maka Siti Iqlima bukan dosen.
  1. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
   Koruptor itu lari ke Arab Saudi atau ke Banten.
   Ternyata tidak lari ke Arab Saudi
Dia lari ke Banten?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Sumber :
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 9.43 wib