Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Ada
dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif:
·
Metode induktif
Paragraf
Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan
khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan
kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan
menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi,
paragraf analogi,
paragraf sebab akibat bisa
juga akibat sebab. Contoh paragraf Induktif: Pada era persaingan dunia kerja
yang semakin kompetitif seperti saat ini. Seseorang yang menguasai Bahasa
Inggris otomatis akan memiliki peluang yang lebih besar di dunia kerja.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris peluangnya akan
semakin kecil untuk memasuki dunia kerja khususnya untuk dapat diterima sebagai
karyawan. Itulah kenapa penguasaan Bahasa Inggris sangat diperlukan
untuk menambah kompetensi di dunia kerja.
Contoh
generalisasi:
Jika ada listrik,
televisi akan hidup.
Jika ada listrik,
laptop akan hidup.
Jika ada listrik,
handphone akan hidup.
∴
Jika ada listrik semua alat elektronik akan hidup.
·
Metode deduktif
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Kepedulian
kepada sesama (umum) harus ditumbuhkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal itu diwujudkan melalui adanya perasaan senasib sepenanggungan dengan sesama
(khusus) . Jika ada tetangga atau kerabat mengalami kesulitan, maka segeralah
ulurkan bantuan (khusus). Kesulitan akan terasa mudah jika ada kebersamaan
antara kita. Berikan bantuan tanpa harus diminta. Jangan biarkan ada
penderitaan sementara kita nyenyak dengan kebahagiaan.
Silogisme adalah
suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Berdasarkan
bentuknya, silogisme terdiri dari;
·
Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua
makhluk hidup membutuhkan air. (Premis Mayor)
Kucing adalah
hewan (premis minor).
∴
Kucing membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme
Katagorik.
·
Apabila salah satu premis bersifat
partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua sayuran yang
berserat sehat untuk dimakan (mayor).
Sebagian makanan
tidak menyehatkan (minor).
∴
Sebagian makanan tidak berserat tidak sehat untuk dimakan (konklusi).
·
Apabila salah satu premis bersifat
negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak
disenangi (mayor).
Sebagian anggota
DPR korupsi (minor).
∴
Sebagian anggota DPR tidak disenangi (konklusi).
·
Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa hakim tidak
jujur (premis 1).
Akil adalah hakim
(premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa
disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
·
Apabila kedua premis bersifat negatif,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata
rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil
jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kambing bukan
bunga mawar (premis
1).
Tikus bukan
bunga mawar (premis
2).
Kedua premis tersebut tidak
mempunyai kesimpulan
·
Apabila term penengah dari suatu premis
tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua predator
berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah predator?
Mungkin saja binatang pemakan daging.
·
Term-predikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten,
maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Tikus bukan
kucing.(premis 2)
∴
Tikus bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan
term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
·
Term penengah harus bermakna sama, baik
dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bintang itu
bersinar di langit.(mayor)
Bintang adalah
pelawak.(minor)
∴
Pelawak bersinar dilangit?
·
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu
term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat
diturunkan kesimpulannya
·
Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya
naik taksi.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴
Saya naik taksi (konklusi).
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika gempa, tanah
akan bergetar (mayor).
Sekarang tanah
telah bergetar (minor).
∴
Gempa telah terjadi (konklusi)
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika pengadilan
tinggi dilaksanakan dengan korupsi, maka kadilan tidak akan ada.
Pengadilan tinggi
tidak dilaksanakan dengan korupsi.
∴
Keadilan akan ada.
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa
turun ke jalanan, para pengguna jalan akan gelisah.
Para pengguna
jalan tidak gelisah.
∴
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana
maka B juga terlaksana.
- Bila A tidak
terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana,
maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak
terlaksana maka A tidak terlaksana.
·
Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Siti
Iqlima berada di Depok atau Rangkasbitung.
Siti
Iqlima berada di Rangkasbitung.
∴
Jadi, Siti Iqlima tidak berada di Depok.
·
Silogisme Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti
sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
Ade baik atau
jahat.(premis1)
Ternyata Ade penjahat.(premis2)
∴
Ia tidak baik (konklusi).
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti
luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
Siti Iqlima
di kamar atau di toilet.(premis1)
Ternyata tidak di
kamar.(premis2)
∴
Siti Iqlima di toilet (konklusi).
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif
- Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Ade
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Ade berbaju putih.
∴
Ade bukan tidak berbaju putih.
- Silogisme
disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
- Bila premis minor mengakui salah
satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Siti
Iqlima menjadi desen atau pegulat.
Siti
Iqlima adalah pegulat.
∴
Maka Siti Iqlima bukan dosen.
- Bila premis minor mengingkari salah
satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Koruptor
itu lari ke Arab Saudi atau ke Banten.
Ternyata
tidak lari ke Arab Saudi
∴
Dia lari ke Banten?
Konklusi yang salah
karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Sumber
:
Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 9.43 wib