Saya
berasal dari daerah tertinggal di Banten sana yaitu Lebak, inilah kota dimana
saya dilahirkan, kota yang memberiku banyak inspirasi untuk menggapai segenap
impian. Karena kota ini menyimpan banyak keragaman masyaraatnya termasuk suku
Baduy yang terkenal hingga mancanegara. Kali ini saya akan sedikit mengupas sejarah
tentang masyarakat Suku Baduy. Menyimak cerita rakyat khususnya di wilayah
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak umumnya sewilayah Banten maka suku Baduy
berasal dari 3 tempat sehingga baik dari cara berpakaian, penampilan serta
sifatnyapun sangat berbeda.
I. Berasal dari
Kerajaan Pajajaran / Bogor
Konon
pada sekitar abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah
Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada
waktu itu yang menjadi Rajanya adalah PRABU BRAMAIYA MAISATANDRAMAN dengan
gelar PRABU SILIWANGI.
Kemudian
pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan
oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini
adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke
selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh
dikarenakan rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta
senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan
belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat
asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “
Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir,
nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan
perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa
wangatua”
Artinya
: jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan
ditepi tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik malu dan hina dari pada
harus berperang dengan sanak saudara ataupun keluarga yang masih satu turunan “
Keturunan
ini yang sekarang bertempat tinggal di kampong Cibeo ( Baduy Dalam ) dengan
cirri-ciri : berbaju putih hasil jaitan tangan ( baju sangsang ), ikat kepala
putih, memakai sarung biru tua ( tenunan sendiri ) sampai di atas lutut, dan
sipat penampilannya jarang bicara ( seperlunya ) tapir amah, kuat terhadap
Hukum adat, tidak mudah terpengaruh, berpendirian kuat tapi bijaksana.
II. Berasal dari Banten
Girang/Serang
Menurut
cerita yang menjadi senopati di Banten pada waktu itu adalah putra dari Prabu
Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon
dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus putranya
yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk mengembangkan agama
Islam di wilayah Banten dan sekitarnya. Sehingga situasi di Banten Prabu Pucuk
Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya meninggalkan tahta di Banten
memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai Ciujung sampai ke Hulu sungai ,
maka tempat ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala Singkah yang maksudnya
tempat yang sunyi untuk meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini disebut
GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di keramatkan .
Keturunan
ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) dengan Khas sama
dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit untuk diajak
bicara ( hanya seperlunya ), kuat terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima
bantuan orang lain yang sifatnya pemberian, memakai baju putih ( blacu ) atau
dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih memakai sarung tenun biru tua
( diatas lutut ).
III. Berasala dari Suku
Pangawinan ( campuran )
Yang
dimaksud suku Pengawinan adalah dari percampuran suku-suku yang pada waktu itu
ada yang berasal dari daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon juga dari
Banten. Jadi kebanyakanmereka itu terdiri dari orang-orang yang melangggar adat
sehingga oleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk Umun dibuang ke suatu daerah
tertentu. Golongan inipun ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga
kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan
belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus
menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di
kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-tempat
tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya
sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan
sungai Cisimeut yang masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan
inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa
Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian
serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan,
berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara tapi
masih tetap terpengaruh adanya hukum adat karena merekan masih harus patuh dan
taat terhadap Hukum adat.
Dari
suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT (
pemukiman kembali masyarakat terasing ) yang lokasinya di kampung Margaluyu dan
Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh
pemerintah proyek ini di kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung
Sukatani desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar .
Suku
Baduy panamping yang telah dimukimkan inilah yang disebut Baduy Muslim,
dikarenakan golongan ini telah memeluk agama Islam, bahkan ada yang sudah
melaksanakan rukun Islam yang ke 5 yaitu memunaikan ibadah Haji.
Kini sebutan bagi suku
Baduy terdiri dari :
1. Suku Baduy Dalam
yang artinya suku Baduy yang berdomisili di Tiga Tangtu ( Kepuunan ) yakni
Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
2. Suku Baduy Panamping
artinya suku Baduy yang bedomisili di luar Tangtu yang menempati di 27 kampung
di desa Kanekes yang masih terikatoleh Hukum adat dibawah pimpinan Puuun (
kepala adat ).
3. Suku Baduy Muslim
yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah mengikuti ajaran agama Islam
dan prilakunya telah mulai mengikuti masyarakat luar serta sudah tidak
mengikuti Hukum adat.
Adapun
sebutan suku Baduy menurut cerita adalah asalnya dari kata Badui, yakni sebutan
dari golongan/ kaum Islam yang maksudnya karena suku itu tidak mau mengikuti
dan taat kepada ajaran agama Islam, sedangkan disaudi Arabia golongan yang
seperti itu disebut Badui maksudnya golongan yang membangkang tidak mau tunduk
dan sulit di atur sehingga dari sebutan Badui inilah menjadi sebutan Suku
Baduy.